Banyak perempuan kini terpaksa bekerja untuk mencukupi kebutuhan rumah tangga. Seperti dilakoni para Kaum Hawa di sebuah desa kecil di Kabupaten Banjarnegara, Jawa tengah. Mereka mengumpulkan rupiah menjadi pekerja kasar sebagai pemecah batu.
Mengangkat yang sangat berat serta memecahnya menjadi kepingan kecil sudah biasa dilakukan para perempuan di Desa Beji dan Desa Pring Amba di Kecamatan Kali bening setiap hari. Suami mereka merantau ke Jakarta sebagai buruh bangunan.
Sekira 85 perempuan setiap hari bekerja sebagai pemecah batu sejak pukul 06.00 WIB hingga hingga pukul 17.00 WIB.
Batu yang akan dipecah tidak datang sendiri, mereka harus berjalan kaki menuruni bukit terjal. Tak hanya medan yang naik-turun, arus deras Sungai Lenggang pun harus mereka lalui untuk mendapat batu yang tepat untuk dicacah.
Setelah didapat, batu dimasukkan ke kantong dan digendong. Masing-masing perempuan menggotong batu dengan bobot antara 30 khingga 60 kilogram. Mereka membawa beban itu ke tempat pemecah batu sejauh 500 meter dari sungai.
Ratimah (46), asal Desa Beji, Kamis (8/3/2012), mengatakan dalam sehari dia bisa naik turun bukit hingga 25 kali. “Setiap turun saya bawa batu seberat 50 kilogram,” tutur Ratimah.
Meski merasa lelah namun dia mengaku bahagia karena bisa membantu meringankan beban suami yang bekerja sebagai buruh bangunan di Jakarta.
Batu pecahan dijual dengan harga Rp110 ribu setiap satu meter kubik. Untuk mengumpulkan batu hingga satu meter kubik tidak bisa dilakukan sehari. Para perempuan ini harus bekerja ekstra keras selama 12 hari.
Sementara itu Kepala Desa Beji, Suparjo (50), mengatakan sebagian besar kaum lelaki di desanya merantau ke Jakarta.
“Ada juga yang bekerja di sini sebagai petani, nah daripada batu batu sungai ini tidak dimanfaatkan dan hanya terbawa banjir, kaum perempuan berinisiatif memanfaatkannya,” jelas Suparjo.
Dia menjelaskan, perempuan yang pemecah batu berusian antara 19 tahun hingga 76 tahun.
Suparjo mengaku tidak ada para perempuan ini yang mengeluh kecapekan. Semua pekerjaan dilakoni dengan ikhlas dan. Menurut Suparjo, ketulusan itu yang mampu mengalahkan rasa letih para perempuan perkasa tersebut.
Menjadi pemecah batu demi anak |
Sumber : http://jogja.okezone.com/read/2012/03/08/513/589158/para-perempuan-perkasa-pemecah-batu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar